dr Angela N Abidin, MARS, SpMK(K)

Pada bagian 2 artikel ini telah disampaikan tentang kehamilan yang tidak dikehendaki oleh ibu si janin. Ada banyak faktor mengapa suatu kehamilan menjadi hal yang tidak menyenangkan. Perempuan yang mengalami KTD(Kehamilan Tak Diinginkan) perlu banyak dukungan sehingga ia tidak mengambil jalan pintas untuk menggugurkan kandungannya. Lebih jauh dari itu pendidikan seksualitas komprehensif sangat penting diberikan pada anak-anak remaja supaya kasus KTD pada remaja dapat dihindari.

Bagian ini memberikan wawasan kepada kita tentang hakekat kehamilan. Kehamilan bukan semata mata hasil hubungan seksual laki laki dan perempuan. Tetapi suatu proses mengambil bagian dalam meneruskan kelanjutan spesies manusia; menjadi patner Allah dalam mewujudkan kesejahteraan manusia di bumi. Laki-laki atau perempuan dipanggil untuk ambil bagian dalam karya penciptaan untuk kelestarian umat manusia dengan berketurunan (spiritual-religius) – yang didahului dengan kehamilan.

Apa sebetulnya hakekat kehamilan?

Makhluk hidup diciptakan untuk dapat meneruskan spesies-nya dengan berkembang biak. Beberapa makhluk berbiak melalui pembelahan sel, makhluk lain dengan cara bertunas, makhluk seksual (berjenis kelamin berbeda, jantan dan betina atau laki-laki dan perempuan) melalui perkawinan. Ada yang lewat perantara, baik alam (misalnya angin) maupun makhluk lain (misalnya kupu-kupu, burung, lalat), ataupun langsung melalui hubungan alat kelamin. Manusia berkembangbiak melalui hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan.

“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.” (Mzm 127:1,3-5). Gambaran ini mencerminkan budaya masyarakat kuno, namun kehadiran anak-anak merupakan tanda kelangsungan keluarga melalui sejarah keselamatan, dari generasi ke generasi.

Gambar 1 : Makluk hidup berkembangbiak untuk meneruskan kelangsungan hidup spesiesnya
Sumber : dari berbagai sumber

Dorongan seksual mulai muncul bila organ-organ seksual telah matang. Pada manusia dikenal masa pubertas. Artinya seseorang sebagai pria atau sebagai perempuan mulai tertarik dengan jenis ini tidak dapat dipisahkan dari dorongan untuk hidup sebagai laki-laki atau sebagai perempuan.

Dorongan seksual pada manusia adalah salah satu aspek hidup manusiawi yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi aspek lainnya, yaitu psikis, sosial, spiritual-religius. Seksualitas tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari ketiga aspek tersebut secara integratif. Dorongan seksual adalah suatu dorongan manusiawi yang diungkapkan secara manusiawi juga, yaitu: (1) menyatakan dirinya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan (psikologis); (2) ”aku”-nya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan ingin berada bersama orang lain (sosialisasi); (3) “aku”-nya dipanggil sebagai laki-laki atau perempuan untuk ambil bagian dalam karya penciptaan untuk kelestarian umat manusia dengan berketurunan (spiritual-religius) – yang didahului dengan kehamilan.

Hasrat, perasaan, emosi, apa yang orang jaman dulu menyebutnya sebagai “gairah”, memiliki tempat yang penting dalam kehidupan perkawinan. Semua itu dibangkitkan setiap kali “seorang lain/pasangan” hadir sebagai bagian dari kehidupan seseorang.

Dalam katekese tentang teologi tubuh, Santo Yohanes Paulus II mengajarkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak hanya penting sebagai “sumber kesuburan dan keturunan“, tetapi juga memiliki “kapasitas mengekspresikan cinta: cinta di dalam mana pribadi manusia dengan tepat merupakan suatu pemberian”. Suatu hasrat seksual yang sehat, meskipun erat hubungannya dengan mengejar kesenangan, selalu melibatkan rasa kagum, dan karena alasan itulah dapat memanusiawikan berbagai dorongan tersebut.

Gambar 2 : Laki-laki dan perempuan diundang mengambil bagian dalam karya penciptaan
Sumber : https://filmdaily.co/news/salvage-relationship-tips/

Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan dalam cara berpikir serta caranya untuk mengendalikan diri. Manusia diberikan nafsu juga hasrat. Yaitu hasrat untuk mencapai tujuan dengan memenuhi syarat untuk menjadi manusia yang berkarakter. Dan dengan budi pekerti, manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang perasa. Makhluk yang senantiasa menggunakan kata hati, berupa panduan akal dan perasaan yang dapat membedakan antara perbuatan baik dan yang buruk.

Gambar 3 : Manusia, hasrat seksual dan budi pekerti
Sumber : https://store.keepthefaith.org/a-seminar-on-conscience-sexual-morality

Untuk apakah keberadaan manusia di dunia?

Manusia sebagai makhluk yang berbudi luhur diberi potensi untuk mengembangkan diri dan kemanusiaannya. Potensi-potensi tersebut merupakan modal dasar bagi manusia dalam menjalankan berbagai fungsi dan tanggungjawab kemunusiaannya. Agar potensi-potensi itu menjadi aktual dalam kehidupan perlu dikembangkan dan digiring pada penyempurnaan-penyempurnaan melalui berbagai upaya, karena itu diperlukan arahan yang sesuai yang menjadikan manusia layak untuk mengemban misi Ilahi.

Gambar 4 : Manusia adalah makhluk berakal budi yang mempunyai potensi untuk mengembangkan diri
Sumber : The Miracle of Human Creation book (Harun Yahya)

1)Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk berakal budi agar ia dapat mengatur dunia untuk kesejahteraan sesama manusia dan generasi penerusnya.
2)Agar mendapat generasi penerus, manusia berhubungan seks antara pria dan wanita. Menurut kaidah alam, relasi itu adalah di antara satu orang laki-laki dan dan satu orang perempuan sebagai pasangan tetap. Karena bila pasangan seks berganti-ganti, berisiko timbulnya penyakit kelamin. Hubungan seks dilakukan bukan hanya pada masa subur sehingga hubungan seks bukan dimaksudkan hanya untuk berketurunan seperti yang terjadi pada spesies lain. Bila dilakukan pada masa tidak subur dapat merekatkan relasi di antara pasangan suami isteri.
3)Hubungan seks satu pria untuk satu perempuan yang bersifat unifikatif sekaligus prokreatif diharapkan berkembang menjadi “sarang” (lingkungan) yang aman tenteram bagi tumbuh kembang anak-anak sebagai generasi penerus untuk dapat mengatur dunia selanjutnya.
4)Masyarakat wajib ikut campur tangan menjaga dan mengayomi seorang perempuan. Selain masyarakat, ia sendiri hendaknya menjaga diri baik-baik. Agar bila suatu saat seorang anak kecil dititipkan di dalam rahimnya, ia dapat menerimanya dengan sukacita sebagai amanah.
5)Pencipta hidup manusia adalah Allah, maka manusia bukan pemilik absolut kehidupan. Ia hanyalah penjaga yang mengatur dan menjaga hidupnya. Ia tidak berhak mengambil hidup orang lain (membunuh) ataupun mengambil hidupnya sendiri (bunuh diri). Khususnya pada masa yang paling rentan dan rawan (awal dan akhir kehidupan), karena sebagai makhluk yang berakal budi, ia tahu kondisi ini seharusnya dibela oleh yang lebih kuat, dan bukan sebaliknya.

Gambar 5 : Hidup adalah suci, manusia merupakan penjaga dan pembela kehidupan
Sumber : https://humanlife.org/product/B021/protect-life-all-ages-all-stages

Karunia berupa seorang anak, yang dipercayakan Tuhan kepada seorang bapak dan ibu, dimulai dengan penerimaan, dilanjutkan dengan perlindungan seumur hidup dan memiliki tujuan akhirnya berupa sukacita kehidupan abadi.

Dengan menghormati martabat seorang anak berarti meneguhkan kebutuhannya dan hak alaminya untuk memiliki seorang ibu dan seorang bapak”. Kita sedang membicarakan bukan semata-mata tentang kasih bapak dan ibu sebagai pribadi, namun juga kasih timbal balik antar mereka, yang diamati sebagai sumber kehidupan seseorang dan dasar yang kokoh bagi keluarga. Tanpa hal ini, seorang anak dapat hanya menjadi mainan. Suami dan isteri, bapak dan ibu, keduanya “bekerjasama dengan kasih Allah sang Pencipta, dan merupakan, dalam arti tertentu, penterjemahNya”. Mereka menunjukkan kepada anak – anak mereka wajah keibuan dan kebapakan dari Tuhan. Bersama-sama mereka mengajarkan nilai timbal-balik, rasa hormat atas perbedaan dan menjadi mampu untuk memberi dan menerima.

REFERENSI
1. Aloysius Soenarto; Matheus Beny Mite, Bertumbuh dan Beriman: Pendidikan Seksualitas untuk Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: Komisi Kateketik & Kom KK Keuskupan Agung Jakarta, 1999, Hlm. 40-41.
2. CB Kusmaryanto, SCJ, Kontroversi Aborsi, Jakarta: Grasindo, 2002.
3. GL Flanagan. Sembilan Bulan Pertama dalam Hidupku, Yayasan Cipta loka Caraka, Cet. Ke-9, 1991. Hlm. 19.
4. Ella Sutiyono, SKM, Dra. Ag. Dosorini dr. Angela N. Abidin, MARS, SpMK, Bila Kehamilan Bermasalah, penerbit LPress, 2011
5. Lennart Nilsson, Sembilan Bulan Pertama dalam Kehidupan.,Jakarta: Perdhaki, Hlm. 3-4.
6. GL Flanagan. Op. Cit. Hlm 38.
7. TM Sriyono; Monika, HK, Bertumbuh dan Beriman: Pendidikan Seksualitas untuk Siswa Sekolah Dasar, Jakarta: Komisi Kateketik & Kom KK Keuskupan Agung Jakarta, 1999. Hlm. 3.
8. Departemen Kesehatan RI Pusat Penyuluhan Kesehatan, AIDS Dikenali untuk Dihindari – liflet.
9. Ella Sutiyono; MV Wonga, Metode Ovulasi Billings: Salah Satu Cara KBA, Program KBA Perdhaki, 2004. Hlm. 14 , 19-20.
10. Amoris Laetitia, Seruan Apostolik Pascasinode, Bapa Suci Fransiskus, 19 Maret 2016.

Advertisement