dr. Angela N Abidin, MARS, SpMK(K)

Secara biologis seorang perempuan memiliki organ tubuh yang dipersiapkan untuk berprokreasi, yakni kemampuan untuk menumbuhkembangkan manusia baru. Kemampuan ini adalah anugerah dari Tuhan yang selayaknya disyukuri. Oleh karena itu sejak dini seorang perempuan sebaiknya mengenali tubuhnya serta merawatnya agar kelak saat memutuskan berkeluarga sungguh siap dengan peran memelihara manusia baru dalam tubuhnya. Demikian juga apabila tidak menghendaki kehamilan, hal apa yang harus diperhatikan. Lalu bagaimana apabila terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Tulisan ini akan menjelaskan secara singkat tentang organ khusus tubuh perempuan, bagaimana proses pembuahan dan pesan moral tentang merawat kehidupan dari perspektif iman Katolik.

Bagaimana kehamilan bisa terjadi ?

Kehamilan terjadi setelah sel telur yang matang berhasil dibuahi oleh sperma. Oleh karena itu proses kehamilan akan terjadi setelah suami istri berhubungan intim atau berhubungan seks. Sel telur yang sudah matang memiliki masa hidup selama 24 jam di dalam tubuh perempuan. Dengan kata lain, jika pada waktu tersebut pembuahan tidak dilakukan, kadar hormon akan menurun dan sel telur akan meluruh, terjadilah menstruasi. 
Pembuahan sel telur bisa terjadi dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan intim. Setelah berhubungan, sekitar 300 juta sel sperma akan dikeluarkan dan mulai memasuki vagina. Namun, hanya sedikit dari sel sperma tersebut yang akan mencapai tuba fallopii, tempat di mana sel telur “menunggu” untuk dibuahi. 
Dari sisa sperma yang berhasil masuk, biasanya berjumlah ratusan, hanya akan ada satu sperma yang bisa bertemu dengan sel telur. Pertemuan antara sperma dan sel telur inilah yang menjadi awal pembuahan dan tanda dimulainya proses kehamilan. 

Gamber 2 : Dari sekian banyak sel sperma, hanya 1 yang bisa menembus  sel telur

Apa yang terjadi selama masa kehamilan?

Masa kehamilan adalah masa setelah pembuahan sampai kelahiran. Kehamilan tersebut terjadi melalui beberapa proses, yaitu:

1.Proses pembuahan (fertilisasi) yang terjadi saat bersatunya (konsepsi) sperma dengan sel telur. Pembuahan tersebut biasanya terjadi di dalam saluran telur (tuba fallopii). Pembuahan terjadi melalui suatu proses masuknya satu sperma kedalam inti sel telur (ovum) yang sudah masak. Setiap sperma mengandung kromosom X atau Y. Sedangkan ovum hanya mengandung kromosom X. Jika sperma yang mengandung kromosom X masuk ke dalam inti sel telur, maka hasil pembuahan tersebut berkromosom XX, yang akan menjadi janin berjenis kelamin perempuan. Jika sperma mengandung kromosom Y yang masuk ke dalam inti sel telur, hasil pembuahan itu berkromosom XY, sehingga janin akan berjenis kelamin laki-laki.

2. Proses menjadi morula. Setelah terjadi pembuahan, proses selanjutnya adalah perjalanan sel telur yang sudah dibuahi (zigot) itu dari saluran telur menuju ke uterus atau rahim dengan dinding rahim yang sudah disiapkan melalui proses hormonal. Di dalam perjalanan itu terjadilah pembelahan sel: dari satu sel menjadi dua sel, menjadi empat sel, dan seterusnya sampai menjadi morula (seperti buah murbei).

3. Proses nidasi. Nidasi (implantasi) adalah menempelnya morula ke permukaan dinding rahim bagian dalam. Perjalanan sel telur setelah pembuahan sampai nidasi kurang lebih satu minggu. Sesudah melewati berbagai tahapan sejak pembuahan, zigot, mudigah atau embrio yang terus berkembang memberi isyarat kehadirannya melalui hormon-hormon sehingga mencegah ibunya agar tidak menstruasi kembali. Setelah nidasi, hasil pembuahan tadi terus berkembang sambil membenamkan diri ke dalam dinding rahim yang mulai saat itu juga melindungi dirinya sebagai sebuah “kapsul”. Sel-sel bagian dalam akan terus berkembang menjadi janin dan sel-sel bagian luar tumbuh menjadi plasenta (ari-ari) yang membungkus janin. Plasenta adalah tempat bergantungnya janin untuk mendapatkan segala apa yang dibutuhkannya sampai dengan saat kelahiran untuk menjadi bayi, sang manusia baru.

Gambar 4 : Implantasi pada dinding rahim

Bagaimana menghitung umur janin?

Umur janin dihitung dari saat pembuahan. Tetapi saat ini amat sulit ditentukan, sehingga biasanya umur pranatal (sebelum kelahiran) dihitung dari tanggal pertama menstruasi terakhir sang ibu. Selama masa kehamilan para dokter berbicara mengenai umur janin dengan patokan ini. Pada kebudayaan tertentu misalnya Cina, anak pada waktu lahir dianggap sudah berusia satu tahun.

Apa sebetulnya hakekat kehamilan?

Makhluk hidup diciptakan untuk dapat meneruskan spesiesnya dengan berkembang biak, ada yang secara seksual dan ada yang secara aseksual. Pada manusia, dorongan seksual mulai muncul bila organ-organ seksual telah matang, yaitu yang dikenal dengan masa pubertas. Seksualitas tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari aspek psikis, sosial, spiritual-religius secara integratif.

Untuk apakah keberadaan manusia di dunia?
1. Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk berakal budi agar ia dapat mengatur dunia untuk kesejahteraan sesama manusia dan generasi penerusnya.
2. Untuk dapat melakukan hubungan antar suam isteri yang yang bersifat prokreatif (berketurunan) sekaligus unifikatif (mempersatukan).
3. Untuk menciptakan “sarang” (lingkungan) yang aman tenteram bagi tumbuh kembang anak-anak sebagai generasi penerus untuk dapat mengatur dunia selanjutnya.
4. Untuk saling menjaga dan mengayomi
5. Untuk melindungi mereka yang lemah

Bagaimana bila kehamilan itu tidak dikehendaki oleh ibu si janin?

Pada umumnya, wanita memahami hakekat kehamilan secara naluriah, sesuai dengan naluri keibuan pada dirinya, bahwa ia terlibat dalam karya penciptaan manusia baru. Bila ia mengalami kehamilan yang tidak atau belum dikendakinya, perlu diketahui alasan mengapa ia tidak menghendaki dan perlu dibantu untuk mencarikan jalan keluarnya. FKPK bisa membantu mereka yang mengalami Kehamilan yang Tidak Diinginkan ini.

Bagaimana mencegah terjadinya kehamilan tak dikehendaki?

Jangan melakukan hubungan seksual bila tidak menghendaki kehamilan, atau lakukanlah hubungan seksual hanya pada masa tidak subur pihak wanita. Manusia adalah makhluk kreatif. Ekspresikan cinta-kasih tanpa hubungan seksual atau alihkan dengan kegiatan lain yang bermanfaat. Edukasi mengenai seksualitas sejak remaja sangat membantu mencegah Kehamilan yang Tak Diinginkan.

REFERENSI
1.Aloysius Soenarto; Matheus Beny Mite. Bertumbuh dan Beriman: Pendidikan Seksualitas untuk Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Komisi Kateketik & Kom KK Keuskupan Agung Jakarta, 1999.
2.CB Kusmaryanto, SCJ. Kontroversi Aborsi. Jakarta: Grasindo, 2002
3.Ella Sutiyono, SKM Dra. Ag. Dosorini dr. Angela N. Abidin, MARS, SpMK, Bila Kehamilan Bermasalah, penerbit LPress, 2011
4.Lennart Nilsson. Sembilan Bulan Pertama dalam Kehidupan. Jakarta: Perdhaki. Hlm. 3-4.
5.GL Flanagan. Op. Cit. Hlm 38.
6.TM Sriyono; Monika, HK. Bertumbuh dan Beriman: Pendidikan Seksualitas untuk Siswa Sekolah Dasar. Jakarta: Komisi Kateketik & Kom KK Keuskupan Agung Jakarta, 1999. Hlm. 3.
7.Departemen Kesehatan RI Pusat Penyuluhan Kesehatan. AIDS Dikenali untuk Dihindari – liflet.
8.Ella Sutiyono; MV Wonga. Metode Ovulasi Billings: Salah Satu Cara KBA. Program KBA Perdhaki, 2004. Hlm. 14 , 19-20.