Setelah 2 tahun vakum, dan tidak mengadakan pertemuan rutin, tgl 4 maret lalu FKPK kumpul kembali di Wisma PERDHAKI Jl Kramat VI no.7 Jakarta Pusat. Tema yang diangkat kali ini adalah pendampingan keluarga dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Dihadiri kurang lebih 35 orang dari berbagai lembaga di Jabodetabek, diskusi kali ini dipimpin oleh Rm Agung Setyadi, OFM dari Paroki Kramat dan Sr Katrin, ALMA dari Panti Asuhan Bakti Luhur.

Rm Agung Setyadi, OFM  membuka diskusi dengan tema Spiritualitas Anak Berkebutuhan Khusus. Spiritualitas asal katanya spirit artinya roh. Jadi Spiritualitas terkait dengan Roh Kudus yakni Roh Allah sendiri. Dalam perspektif St. Paulus, spiritualitas adalah hidup setiap orang Kristiani yang bertumbuh dan diharapkan menjadi matang secara antropologis-psikologis menurut irama dan dorongan misteri rahmat Allah. Spiritualitas dapat diartikan dengan hidup saleh dan berbakti kepada Allah. Segala hal yang berhubungan dengan spiritualitas tidak jauh berhubungan dengan hidup jasmani dan rohani.

Spiritualitas pelayanan dimaksudkan sebagai umat Allah yang berpartisipasi dalam pelayanan Kristus. Dirumuskan dalam arah dasar pastoral tahun 2011-2015 dan dilanjutkan dalam arah dasar pastoral 2016-2020.  Gereja mendorong umat Allah dalam meningkatkan iman kepada Yesus Kristus dengan membangun persaudaraan sejati dan terlibat dalam pelayanan Kasih di tengah masyarakat. Karya yang sejalan dengan tradisi Gereja dan meneruskan nilai-nilai Injil dengan melibatkan diri dalam permasalahan sosial seperti kemiskinan, masalah lingkungan hidup, intoleransi, dsb. Pelayanan umat yang berdasarkan pada situasi dan kondisi konkrit umat sangat dibutuhkan. Peran kita sebagai gembala bagi sesama yakni menyembuhkan, mendukung, membimbing, memulihkan, memelihara/mengasuh. Komunitas penyandang disabilitas (KomPak) baru terbentuk tahun 2015 sebagian besar anggotanya adalah penyandang tuna rungu dan tunanetra.  Sejak Tahun 2016 KomPak mulai melayani anak-anak  berkebutuhan khusus.

Sharing Suster Katrin melengkapi materi dari Romo Agung, yakni bagaimana mendampingi anak-anak yang butuh perhatian dan dari keluarga menengah ke bawah. Suster Katrin berkarya di Panti Asuhan Bakti Luhur. Panti ini awalnya didirikan untuk membantu anak-anak yang tidak memiliki orang tua lagi.  Orang tua mereka meninggal karena peristiwa G 30S/PKI. Dalam perkembangannya Panti ini juga merawat anak kurang gizi dan anak berkebutuhan khusus. Dari anak-anak itu Suster Katrin banyak belajar terutama tentang kesabaran. Visi misi Panti ini adalah makan dan tidur selalu bersama anak-anak.

‘Pendampingan orang tua dengan ABK lebih penting dari pada anaknya sebab orang tua yang lebih banyak mendampingi anak dan mengetahui kondisi anak. Bila orang tua happy anak juga akan happy’, ungkap seorang peserta. ‘Kegiatan seperti ini perlu terus dilanjutkan untuk menjadi tempat sharing bagi para guru dan orang tua’.

‘Komunitas untuk ABK diharapkan ada di setiap Paroki. Saat ini baru dibentuk di tiap Dekenat. Umat perlu mendorong agar terbentuk di tiap paroki”, kata Romo Agung.

Advertisement