Tema kongres “Human life: a mystery, marvel and mandate” dijabarkan menjadi tema-tema untuk hari ke-1, 2, 3. Kegiatan Pra-kongres pada tanggal 28 Oktober 2008 adalah mengunjungi Basilika Bom Jesu, termpat jenazah St. Fransiskus Xaverius yang masih utuh sampai sekarang (meskipun mengering) disemayamkan. Mengikuti Light and Sound Programme mengenai karya St. Fransiskus Xaverius dan penerusnya yang mewartakan Injil di Srilangka. Beberapa mukjizat terjadi di Srilangka sehingga masyarakat percaya dan minta dibaptis. Karya Yesus yang menjadi landasan bagi St. FX diperagakan juga, semuanya dalam cahaya, suara dan gerak. Misa dipersembahkan oleh selebran utama, Uskup Karwar, Very Rev. Derrick Fernandes.

29 Oktober 2008, hari ke-1. tema: Human life – a mystery

Misa Pembukaan dipersembahkan oleh selebran utama Apostolic Nuncio untuk India dan Nepal Uskup Agung Pedro Quintana Lopez. Dalam homilinya menyatakan bahwa kongres ini adalah untuk memperingati 40 tahun Humanae Vitae(HV), ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI. HV berbicara tentang cinta di antara pasangan suami isteri. Dewasa ini hidup berkeluarga terancam oleh berbagai hal, sehingga lebih lanjut akan mengancam kehidupan manusia karena keluarga adalah tempat anak-anak bertumbuh dan berkembang. Bila keluarga tidak dapat bertahan, demikian pula akan terjadi pada kehidupan. Maka hendaknya kita menyadari, mempertahankan, melindungi dan meningkatkan kehidupan berkeluarga.

Isi Sambutan-sambutan antara lain:

*Nuncio menekankan yang sudah disampaikan dalam kotbahnya. Seperti dinyatakan dalam HV, Allah adalah satu-satunya pemberi hidup, maka Ia adalah cinta, dan cinta adalah landasan keluarga, karena itu tugas misionaris keluarga adalah sebagai gereja kecil /domestic church.

*dr. Ligaya Acosta, Ketua HLI Asia: Semoga kongres ini berbuah banyak untuk mencermati ancaman yang sangat lembut terhadap keluarga karena manusia berusaha bermain sebagai Tuhan.

*Uskup Mumbai, Ketua Komisi Keluarga India, Very Rev. Agnelo Gracias: Hidup manusia terancam oleh mentalitas kontrasepsi, yakni life without love.

*Fr. Socorro Mendes, Ketua Panitia Kongres, Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Goa: mengingatkan julukan Goa sebagai Rome of Asia karena banyak Negara Asia mula-mula merupakan bagian Keuskupan Goa sebelum berdiri sendiri.

Keynote address oleh Most Rev.Neri Ferrao, Uskup Agung Goa dan Daman, a.l.: Dewasa ini kehidupan manusia telah menjadi komoditas, jauh dari yang dikehendaki-Nya. Hari ini, pada peringatan 40 th. HV, yang berbicara mengenai penerusan kehidupan manusia, dengan menemukan kekudusan dan keluhuran hidup manusia, melalui bimbingan Roh Kudus diharapkan agar kita memahami cinta Allah yang tak terbatas karena telah memberikan satu-satunya Anaknya kepada dunia (Yoh 3:16). Tema kongres telah merumuskannya dengan singkat dan tepat, bahwa kehidupan manusia adalah a mystery, a marvel, a mandate.

Untuk itu kita harus berusaha memahami kehidupan manusia dan ketergantungannya kepada Tuhan dan relasi-relasi lain yaitu sesama manusia dan lingkungannya. Sesudahnya kita akan memahami efek teknologi modern pada kehidupan manusia dan bagaimana posisi Gereja dalam hal ini.

Session I: Humanae Vitae, Speaker: Rev. Socorro Mendes, Moderator: Rev. Fr. Tomas D’Aquino Sequeira

Seharusnya HV akan dipaparkan oleh Fr. Tom Euteneuer, Ketua HLI, tetapi karena beliau belum tiba (karena terlambat mengurus visa), sedangkan isi HV perlu diketahui sejak awal, maka Fr. Socorro menggantikannya.

Ensiklik ini, yang disampaikan oleh Paus Paulus VI pada 25 Juli 1968, berbicara tentang cinta kasih perkawinan, bukan tentang pengaturan kelahiran. Karena kekudusan perkawinan, maka dianjurkan untuk dirayakan dengan ekaristi. Ensiklik ini ditujukan untuk semua orang. Di dalamnya disebutkan 8 kelompok, yang sebetulnya mencakup semua orang. Menurut Charles J. Chaput, Uskup Agung Denver di Amerika Serikat, ensiklik ini paling banyak disalah mengerti dan menjadi kontroversi. Maka bila timbul kebingungan, atau silang pendapat di antara teolog, ikutlah kata magisterium, bukan pendapat teolog.

Session II: Mystery of Human Life in the Plan of God. Speaker: Rev. Kuruvilla Pandikattu. Moderator: Rev. Fr. Tomas D’Aquino Sequeira

Judul ini adalah untuk menyampaikan mengenai theology of the body (oleh Paus Johanes Paulus [JP] II) dikaitkan dengan HV, yang diminta oleh Panitia.

Theology of the body (TB) merupakan kesimpulan dari 129 kali pertemuan Rabu-an oleh Paus JP II antara tahun 1979-1984 mengenai makna terdalam seksualitas manusia. Bahwa sex adalah suci (holy), namun bukan ilahi (devine). Ini berbeda dari tradisi tantric, yakni bahwa sex adalah pengalaman ilahi. Bagi kita, sex adalah symbol, suci, namun tidak dipuja (idolized). TB merupakan kelanjutan HV.

Doa Rosario “Hail Mary” (Salam Maria) dalam bahasa Hindi dan 4 bahasa daerah India, Holy Mary dalam bahasa Inggris.

30 Oktober 2008, Hari ke-2, tema : Human life – a marvel

Diawali dengan misa kudus dipersembahkan oleh (Pembantu) Auxiliary Bishop of Bombay, Very Rev. Percival Fernandez. Dalam homilinya, tema hari ini dijabarkan dengan perumpamaan tentang seorang imam dalam pesawat terbang menuju Florida, Amerika Serikat. Ia duduk di sebelah seseorang yang menawarkan diri untuk bernyanyi dalam misa hari minggunya. Imam ini menolak karena misa tersebut sudah ada koornya. Maka orang itu menawarkan, kalau begitu Sabtu saja. Ketika mendarat, imam melihat banyak sekali wartawan dan orang-orang berusaha mendekati dan mengerubungi laki-laki yang tadi duduk di sebelahnya. Ternyata ia adalah Pavarotti.

Kita sering tidak menyadari bahwa kehidupan manusia adalah sesuatu yang istimewa (a marvel), karena setiap ciptaan adalah sebuah masterpiece ciptaan Tuhan. Sesuatu yang begitu sering kita jumpai seringkali kita samakan saja tanpa menyadari keistimewaannya.

Session 3 : Science and its Impact on Faith & Family. Speaker: Rev. Dr. Job Kozhamthadam, SJ; Moderator : V. Rev. Gerald Mathias, Bishop of Lucknow

Pada masa yang silam, ilmu pengetahuan memperbaiki berbagai hal sehingga meningkatkan kehidupan manusia. Tetapi kehidupan itu sendiri tidak dijamah. Namun saat ini perkembangannya telah sedemikian sehingga kehidupan itu sendiri dapat dirambah oleh ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Peran iptek telah menjadi demikian krusial, maka bagaimana pandangan kita sebagai umat kristiani? Sebaiknya kita bersikap positif, karena iptek pun merupakan karunia Tuhan. Tetapi hendaknya diingat, bahwa perkembangannya hanyalah demi kesejahteraan umat manusia, baik fisik, mental maupun spiritual. Untuk itu perlu interaksi yang sehat di antara nilai-nilai kristiani dengan ilmu pengetahuan.

Session 4: Medically Assisted Reproductive Technology: Tending or Tampering with life. Speaker : Rev. Dr. Ignacimuthu, SJ; Moderator : V. Rev. Gerald Mathias

Kemajuan iptek telah sedemikian pesat dalam reproduksi manusia. Kemandulan dapat diatasi dengan kemajuan teknologi (bayi tabung, inseminasi buatan, sewa rahim, dsb, dsb.) Tetapi sejauh ini pegangan Gereja untuk memberikan izin hanyalah bila kehamilan itu terjadi melalui hubungan seksual suami-isteri. Di luar itu, Gereja tidak berkenan. Legal bukan berarti benar secara moral.

Session 5: Genetic Engeeniring: Promises and Perils. Speaker :Rev. Dr. Victor Ferrao; Moderator: Rev. Fr. Stefano fernandes

Abad ke-21 adalah abad ilmu pengetahuan tentang kehidupan (life sciences) yang ditunjukkan dengan adanya revolusi bioteknologi, yakni kemampuan memanipulasi materi biologis yang makin lama makin meningkat, sehingga beberapa orang menyebutnya sebagai revolusi genetika. Revolusi rekombinan DNA (karena DNA-nya berasal bukan hanya dari satu jenis spesies, yakni misalnya dari hewan dan tumbuhan, atau hewan dan manusia – manimal) sampai-sampai menimbulkan pertanyaan “what does it mean to be a human person?”

Kunci perkembangan genetic engineering adalah dengan ditemukannya: 1) DNA sebagai pembawa informasi genetic pada tahun 1940-50-an; 2) gunting pemotong DNA dan perekat /lem untuk DNA; 3) perkembangan computer dan sistem komunikasi. Semua ini berkembang dengan pesat sehingga bisa dibentuk produk-produk transgenic. Misalnya hewan transgenic dengan sebagian DNA-nya dari manusia dimanfaatkan untuk diambil organ tubuhnya guna ditransplantasikan kepada manusia. Dengan mengandung DNA manusia, diharapkan organ itu tidak akan ditolak oleh tubuh manusia. Maka bila pada abad ke-20 terjadi bom nuklir, pada abad ke-21 dapat terjadi bom biologis.

Session 6: Contraception/Abortion: Cause of Breast Cancer? Speaker : Dr. Angela Lanfranchi; Moderator : Rev. Fr. Stefano Fernandes.

Menjelaskan hubungan ABC terjadinya kanker payudara. Beberapa hal tidak dijelaskan oleh dokter, padahal tertulis di dalam textbook mengenai peningkatan risiko tumor ganas payudara (di samping minum alcohol, merokok, radiasi,dsb.), yakni: 1) aborsi pada trimester I karena induksi, 2) hormone replacement therapy, 3) kontrasepsi oral kombinasi sesudah 10 tahun, depo-provera.

Mekanismenya adalah terjadinya pertumbuhan kelenjar payudara karena terjadinya kehamilan. Bila dalam keadaan normal (tidak ada kehamilan), lobulus pada kelenjar payudara adalah tipe 1, maka dengan kehamilan, bertumbuh menjadi tipe 2 pada trimester 1, selanjutnya bertumbuh lebih besar lagi pada trimester2 menjadi tipe 3, lalu tipe 4 pada trimester 3. Setelah kelahiran lobulus akan mengeluarkan air susu, kemudian setelah tidak lagi menyusui, kembali menjadi tipe 1.

Bila kehamilan dihentikan, tipe lobulus akan tetap pada tipe 2 atau 3, bukan tipe 1 /normal. Setelah bertahun-tahun, keadaan ini menjadi factor resiko terbentuknya kanker payudara. Karena stemsel yang seharusnya akan mengeluarkan air susu, berubah menjadi sel kanker.

Doa rosario. Hail Mary dalam bahasa Thai, Tagalog, Indonesia, Singapura (Inggris), Nepal; Holy Mary dalam bahasa Inggris.

Fr. Tom Euteneuer baru tiba dan memberi salam selamat datang.

31 Oktober 2008, Hari ke-3. Tema: Human life – It’s mandate

Diawali dengan doa rosario dalam bahasa Inggris.

Session 7: Humanae Vitae. Speaker: Fr. Thomas J. Euteneuer; Moderator: V. Rev. Agnelo Gracias, Bishop of Bombay, Ketua Komisi Keluarga India

Memaparkan HV dari sudut lain. Menjelaskan global strategy of abortion dan tanggapan JP II dengan conspiracy against life (Evangelium Vitae /EV no. 17). Sebagai contoh adalah yang terjadi di Kenya, bagaimana strategi, propaganda, para pelaku dan apa saja instruments of war yang dilaksanakan. Memaparkan pula jawaban klise dan mitos yang disebarkan para penentang HV serta bagaimana seharusnya tanggapan kita. Sebuah problem social tidaklah tepat bila diatasi dengan suatu solusi medik. Bagaimana para dokter akan mengatasi kemiskinan?

Session 8: Anti-life threats to Families & Faith. Speaker: Dr. Brian Clowes; Moderator: V. Rev. Agnelo Gracias.

*Menunjukkan istilah-istilah baru yang anti keluarga : DINKs =double income no kids; SILKs = single income lots of kids.

*Memaparkan meluasnya praktek-praktek kelompok-kelompok spiritual baru yang menjauhkan umat manusia dari Kristus /spiritualisme yang menyimpang (new age).

*Mengungkapkan serangan langsung kepada keluarga; dan kepada gereja oleh kelompok anti Tuhan (anti-theist).

Maka kita hendaknya melindungi diri dengan menghindarinya (avoid), karena ini lebih mudah daripada mengatasi godaan (overcome).

Session 9: Secular Sex Education: Delusion & Destruction. Speaker: Dr. Ligaya A. Acosta; Moderator: V. Rev. Agnelo Gracias.

Hendaknya waspada terhadap sex education yang dilaksanakan secara umum di sekolah, khususnya SD. Anak-anak sebelum puber tidak perlu sex-ed karena mereka berada dalam masa laten. Pada masa ini anak belajar mengenal dunia yang lebih luas dari dunia rumahnya. Bila diisi dengan pengajaran tentang sex belum tepat dan akan membuat anak terpengaruh /tertarik perhatiannya ke arah yang tidak tepat. Maka cermatilah pelajaran apa yang didapat anak di SD. Ada SD tingkat I yang memberikan pelajaran memakai kondom. Lebih baik ortu mereka yang mendapat sex-ed.

Session 10: Parenting: A Rich & Rewarding Experience. Speaker: Mr. Lewis & Dr. Zenita Sequeira Vas; Moderator: Rev. Fr. Egidio Fernandes, SDB

Drg. Zenita sedang mengambil spesialisasi dental prosthodontics ketika menikah. Sesudah melahirkan putra I, kuliah dilanjutkan sampai ujian, kemudian hamil putra II. Keduanya disusui secara eksklusif. Anak ke-2 sampai 8,5 bulan. Baginya, menyusui juga menjadi cara menjarangkan anak. Kemudian ia membuka praktek di lantai bawah apartemennya. Tetapi hal ini membuatnya terlalu sibuk dan gelisah memikirkan kedua anaknya, karena ia merasa dirinya bukanlah super woman. Buku-buku yang dibacanya menyatakan bahwa anak, terutama balita, membutuhkan single constant mother figure. Figur-figur lain seperti nenek dan pengasuh hanyalah suplemen. Maka ia memutuskan untuk berhenti praktek dan menjadi ibu rumah tangga karena merasa bahwa anak-anak membutuhkan dirinya. Sesudah itu ia mempunyai anak ke-3, seorang putri dan saat ini sedang hamil anak ke-4.

Misa penutup dipersembahkan oleh M. Rev. Filipe Neri Ferrao, homili oleh V.Rev. Agnelo Gracias. Sambutan penutup oleh Ketua Panitia Kongres Fr. Socorro Mendes. Antara lain menyatakan bahwa dari 500-600-an peserta, 190 di antaranya adalah imam. Sedangkan menurut perkiraannya imam yang akan hadir adalah sekitar 50-an. Maka ia hanya menyediakan baju perlengkapan misa untuk 50 imam saja. Peserta dari luar negeri berasal dari Nepal, Thailand, Kamboja, Filipina, Malaysia, Singapura, Indonesia, Timor Leste, Amerika Serikat (nara sumber) sebanyak 27 orang.

Masukan dari narasumber selengkapnya terekam dalam 4 keping DVD. Di samping 1 CD yang merekam ‘theme song’ untuk kongres ini.

Advertisement