Pada tahun 2009, setiap hari 500 perempuan bunuh diri di Republik Rakyat Cina. Dengan kata lain, 3500 per minggu, atau 15.000 per bulan, atau 182.500 perempuan menghabisi hidupnya sendiri dalam setahun. Bila keadaan ini terus berlanjut, setelah beberapa puluh tahun terdapat jutaan perempuan yang telah menghilangkan nyawanya sendiri.
Apa gerangan penyebabnya? Apa kiranya yang membuat negara Cina berbeda dari semua negara lain di dunia? Perbedaan itu tampaknya adalah adanya kebijakan satu keluarga satu anak (one child policy) yang hanya berlaku di Cina. Mungkinkah itu penyebabnya?
Bayangkanlah seorang perempuan yang mengaborsi anaknya karena anak itu berjenis kelamin perempuan. Kemudian bayangkan sepanjang hidupnya perempuan itu harus menanggung rasa bersalah karena keputusannya untuk mengaborsi. Sedangkan ia sangat ingin mendapatkan kembali putrinya, tetapi ia telah membuang putri itu dari rahimnya secara paksa.
Bayangkanlah pula seorang gadis di Cina yang bertumbuh kembang dengan pengetahuan bahwa orang tuanya sebenarnya berharap dirinya adalah laki-laki, karena sebagai seorang putra, ia lebih berharga. Bayangkanlah pula gadis-gadis yang diculik dan dijual sebagai pengantin perempuan. Hal-hal seperti ini tampaknya tidak menunjukkan penghargaan terhadap nilai dan martabat kehidupan sebagai seorang perempuan. Sebaliknya menampakkan ketidakberdayaan dan keputusasaan. Angka bunuh diri pada wanita di Cina membuktikan hal ini.
Sumber: Lifeissues.net Newsletter # 571, # 572. 15 & 21 April 2012.