“Populasi dunia meningkat !! Sumber daya alam kita tak cukup !!
Harus ada kontrol terhadap populasi !! Kontrasepsi adalah solusi !!”
”Angka Kematian Ibu tinggi !! Di beberapa kota, itu terjadi akibat aborsi ilegal !!
Melegalkan aborsi adalah solusi !!”
“Penyebaran HIV/AIDS tinggi !! Sosialisasi penggunaan kondom adalah solusi !!”
Kalimat-kalimat tersebut pasti tak asing bagi kita. Di sekitar kita, kontrasepsi dan legalisasi aborsi telah menjadi semacam solusi praktis bagi kompleksitas permasalahan yang ada. Kompleksitasnya terkadang membuat kita bingung dan akhirnya gagal menerapkan nilai – nilai kebenaran karena terjebak pada kompromi.
Inilah yang menjadi keprihatinan dan akhirnya menjadi bahan perenungan, kajian dan diskusi dalam Asia-Pacific Congress On Faith, Life and Family ke-17 pada 6-8 November 2010 di Filipina. Dengan memadukan antara ajaran gereja dan bukti-bukti empiris statistik, tiap pembicara yang hadir mencoba memberi penjelasan mengenai tiap isu tersebut dalam integrasi antara iman dan ilmu. Tiap penjelasan dan diskusi akhirnya terarah pada beberapa kesimpulan yang patut menjadi perhatian kita bersama :
1.Menggunakan mekanisme yang bertentangan dengan mekanisme alamiah yang dibentuk Allah adalah kesalahan. Melawannya hanya akan membuat masalah baru. Oleh karena itu penggunaan kontrasepsi dan aborsi bertentangan dengan kehendak Allah sendiri. Hasil penelitian para ilmuwan menunjukkan efek samping berupa pembentukan sel kanker dari penggunaan kontrasepsi dan aborsi. Selain itu, beberapa penelitian juga memperlihatkan bahwa populasi dunia memiliki siklus dan mekanismenya sendiri yang menjaganya relatif stabil. Untuk masalah kematian ibu, ternyata sebagian besar terjadi karena kurangnya kualitas layanan persalinan dan perawatan kehamilan. Untuk pemakaian kondom sebagai sarana penghambat penyebaran HIV/AIDS, ternyata hal ini tidak terbukti secara statistik. Oleh karena itu, satu-satunya jalan pencegahan penyebaran HIV/AIDS adalah abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) dan setia pada pasangan.
2.Permasalahan utama dari ketimpangan sosial dan status kesehatan yang rendah adalah terjadinya ketidakadilan dalam pengelolaan sumber daya dan manajemen pemerintahan. Oleh karena itu, solusi terbaik dari permasalahan tersebut adalah manajemen pemerintahan yang baik.
3.Karena sumber daya manusia yang mampu memperbaiki kondisi ini perlu dipersiapkan sejak dini, maka peran keluarga menjadi penting. Nilai-nilai yang murni perlu dibangun dari sejak kecil sehingga anak bertumbuh menjadi seseorang tidak mudah terjebak pada relativisme (sebuah paham yang menilai tidak ada nilai yang absolut)
4.Gereja perlu peduli pada isu pro-life ini dan bertindak aktif menggalakkan gerakan sayang kehidupan dalam jejaring. Kemurnian ajaran Gereja dan masa depan Gereja bergantung pada bagaimana tiap-tiap komponen Gereja memahami dan menghidupi dasar semangat gerakan sayang kehidupan
5.Karena kompleksitas tantangan terhadap gerakan sayang kehidupan, maka penting membangun jejaring lintas sektor yang memungkinkan analisis yang komprehensif.
6.Lebih dari itu semua, perjuangan dalam doa adalah langkah pertama dan utama yang perlu dilakukan karena Allah sebagai Sumber Hiduplah sumber kekuatan kita
Kesimpulan di atas memang membutuhkan pendalaman sebelum kita menjadi orang yang mampu menghidupi semangat gerakan sayang kehidupan. Oleh karena itu, panggilan bagi diri kita masing-masing, sebagai orang Katolik, untuk pertama-tama peduli akan isu ini. (Ib)